Pages

Powered by Blogger.

Monday, October 3, 2011

KEGIATAN AKAL BUDI



Tahapan :
-         Tingkat I     : Aprehensi Sederhana → konsep
-         Tingkat II    : Keputusan → Proposisi
-         Tingkat III  : Penalaran → Argumen
Konsep + konsep melalui keputusan, menghasilkan proposisi.
Proposisi + proposisi melalui penalaran, menghasilkan argumen.

Aprehensi Sederhana
Dengan adanya akal budi, seseorang akan dapat melihat, mempersepsi, menangkap/mengerti, dan sebagainya melalui panca indera. Dari apa yang dilihat atau ditangkap melalui proses abstraksi akan menghasilkan suatu gagasan. Dari suatu gagasan timbul sebuah produk berupa konsep dalam bentuk lambang.

Keputusan
Keputusan merupakan hasil dari beberapa konsep yang dihubungkan dengan cara mengiyakan atau menyangkal dalam wujud penilaian. Sebuah keputusan akan menghasilkan produk berupa proposisi. Yang dalam putusan yang dipersatukan atau dipisahkan adalah subjek dan predikat. Putusan merupakan suatu pernyataan, yang di dalamnya suatu predikat diakui atau dimungkiri tentang suatu subjek.
Konsep                 Konsep
   (S)    Dihubungkan         (P)
     (mengiyakan/menyangkal)
                 Wujud
                                                       Manusia (Penyangkalan) (P)
      Penilaian(hasil)                Contoh : Apel(S)     Hewan (Penyangkalan) (P)
                                                                          Tumbuhan (Pengiyaan) (P)
  Keputusan(produk)
                  
      Proposisi


Penalaran
Yaitu kegiatan atau proses mempersatukan antesenden-antesenden.
Proposisi(antesenden)             Proposisi(antesenden)
                                
              Proposisi konsekuensi/kesimpulan
                                 ↓(Proses)                    Contoh : Apel (S)     Buah(P)
                             Penalaran                                                      Sayur(P)
                                 ↓(Produk)                            Buah-buahan adalah tumbuhan
                             Argumentasi

Contoh :
A → Mengambil barang B
                                                       (HAKIM)
JPU (Mengatakan bahwa itu pencurian)                      PH(Mengatakan itu penggelapan)
→ Didasarkan dari UU                                      → Berdasarkan UU
Definisi, mengeluarkan Proposisi                                Definisi, → Proposisi
Argumentasi                                                 Argumentasi

PENALARAN DALAM LOGIKA HUKUM



Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi(consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Metode induktif
Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang baru yang bersifat umum. dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep secara canggih tetapi cukup dengan mengamati lapangan dan dari pengamatan lapanngan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan prasyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendeskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Metode deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum,yang kebenarannya telah diketahu dan diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali pembentukan teori, hipotesis, definisi oprasional, instrumen dan oprasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala atau peristiwa.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep dan Simbol dalam Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran :
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
§  Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
§  Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Ciri-ciri penalaran yaitu :
a. adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berfikir logis).
b. Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Hakikat Penalaran ,penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenarannya. Penalaran merapakan proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

RETORIKA DALAM LOGIKA



Retorika (dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo).
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata dalam bentuk kalimat kepada seseorang atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicara itu setua umur bangsa manusia. Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst), yang dicapai berdasarkan bakat alam/talenta, dan keterampilan teknis. Retorika juga sering diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berartu berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, pada, dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.
Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan diatas) dan praktek kontemporer dari retorika yang termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.
Dalam doktrin retorika Aristoteles terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. 
Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.
Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Ini berarti orang harus berbicara jelas, singkat, dan efektif.

SILOGISME(INDUKSI) DALAM LOGIKA HUKUM



Induksi yaitu suatu proses pemikiran di dalam akal kita yang berasal dari pengetahuan tentang kejadian/peristiwa atau sejumlah fenomenal yang lebih konkret untuk menurunkannya kepada suatu kesimpulan (inferensi). Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang ilmiah. Suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus agar jalan pikiran seperti itu mencapai kesimpulan yang benar dan pasti.
Proses penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi yang berturut-turut akan dikemukakan dalam bagian-bagian berikut, yaitu :
♦ Generalisasi
Yaitu suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting jika kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki. Dalam kenyataannya, data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga, yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif.
Induksi dan generalisasi sebenarnya mempunyai variasi yang beraneka ragam, sehingga penjelasan-penjelasan yang cermat kadang-kadang sukar ditampilkan.
♦ Hipotese dan Teori
Hipotese (hypo=dibawah, tithenai=menempatkan) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut.
Teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada.
Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi entara fenomena-fenomena, sedangkan teoti merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang relevan atau sejenis.
Dengan demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta-fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat ditolak karena fakta-fakta baru yang dijumpai bertentangan atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapai adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat.
♦ Analogi
Atau disebut abalogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain. Sebab itu sering timbul salah pengertian antara analogi induktif atau analogi logis sebagai yang dikemukakan dengan analogi deklaratif atau analogi penjelas yang termasuk dalam persoalan perbandingan.
Analogi induktif atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal. Berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat menurunkan suatu kesimpulan  bahwa karena kedua hal itu menganddung kemiripan dalam hal-hal yang penting, maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek yang kurang penting.

♦ Kausal
Sejarah timbulnya hubungan sebab-akibat/kausal ini, dapat ditelusuri kembali sampai pada saat mula timbulnya inteligensia manusia. Untuk tujuan praktis, dapat diterima sebagai dasar bahwa semua peristiwa mempunyai sebab yang mungkin dapat diketahui, bila manusia berusaha menyelidikinya dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan penyelidikan itu.

SILOGISME(DEDUKSI) DALAM LOGIKA HUKUM



Deduksi (Latin : deducere, de yaitu dari, dan ducere yaitu menghantar, memimpin). Jadi, deduksi berarti menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu hal yang lain. Deduksi merupakan suatu proses berpikir/penalaran yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun proposisi-proposisi yang bersifat khusus. Dalam proses penalaran semua bahan pengetahuan tadi diseleksi dalam gerak usaha kita untuk mempertalikan suatu proposisi yang bersifat umum untuk menurrunkan suatu proposisi baru. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang umum tadi. Dalam penalaran yang bersifat deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu yaitu suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang bersifat megidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan jika  proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.
Konklusi dalam sebuah deduksi dapat dipastikan sebagai konklusi yang benar jika proposisinya itu mengandung kebenaran. Uraian mengenai proses berpikir yang deduktif akan dilangsungkan melalui beberapa corak berpikir deduktif, yaitu : silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, entinem, rantai deduksi, dan teknik pengujian kebenaran atas tiap corak penalaran deduktif itu.

Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menhubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yang pertama disebut juga premis. Batasan silogisme diatas berlaku baik untuk silogisme kategorial.
Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argument deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap term hanya boleh muncul dua pernyataan.

Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesa. Silogisme hipotesis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.

Silogisme Disjungtif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.

Entinem
Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artificial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entinem. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme.

IDEOGENESIS



Manusia memiliki dua macam kemampuan kognitif( kemampuan mengerti) yang kurang lebih teramati/tidak gaib dan dapat dirumuskan, yakni indera dan intelek. Indera dapat dibagi menjadi indera ekstern(kelima indera) dan indera intern(ingatan, imajinasi, dan sebagainya). Intelek adalah kemampuan inorganis, yakni kemampuan yang tidak bergantung pada suatu organ badani. Indera terdiri atas bermacam jenisnya, sedangkan intelek hanya satu, tetapi kemampuan intelek mempunyai berbagai fungsi, seperti menangkap, mengabstraksikan, menyimpulkan, dan sebagainya.
Antara pengetahuan inderani dan intelektual terdapat perbedaan hakikat. Pengetahuan inderani menangkap kenyataan secara materialiter, berdasarkan aspek konkret dan materialnya, sedangkan intelek menjangkau kenyataan secara formal. Dalam bentuk pengetahuan inderani yang kita miliki adalah gambaran-gambaran inderani, sifatnya jasmani. Sedangkan dalam bentuk intelektual, kita menggunakan konsep/ide yang umum dan abstrak.
Bagi manusia, satu-satunya pintu gerbang menuju realitas bendawi adalah inderanya. Tidak ada satu hal pun yang bersifat bendawi dapat masuk ke dalam intelek selain terlebih dahulu melewati panca indera.
Kemampuan mengabstraksi itu dapat menggarap, menerangi ‘kesan’ tadi, dan melepaskannya dari semua seginya yang material, tetapi tetap mempertahankan hal-hal yang hakiki, dan niscaya yang kini ‘diangkat’ dari unsur ruang dan waktu. Jadi disini berlangsung proses abstraksi atau proses immaterialisasi. Pengetahuan abstrak ini, menurut asal dan isinya, tetap bergantung pada indera, dan berhubungan dengan realitas.
Sekarang kesan tersebut, sesudah diangkat dari materi, menjadi cakap dan secara aktual sanggup diketahui, memasuki level of intelligibility. Berkat aktivitas ini, yang dalam istilah teknis disebut aprehensi sederhana psikologis muncullah species intelligibilis impressa. Species intelligibilis impressa tersebut, berkat aktivitas intellectus agens, kini bertindak sebagai pembantu kemampuan tahu intelektual manusia, yakni intellectus possibilis. Sedangkan proses menyadari species intelligibilis impressa ini disebut aprehensi sederhana logis. Maka muncullah konsep atau ide. Yang membuat kita tahu atau menangkap sesuatu disebut konsep mental, sedangkan apa yang kita tangkap tentang objek yang disodorkan, konsep mental  kepada akal budi, disebut konsep objektif.
Secara umum, proses pengetahuan mengenal dua momen, yaitu momen asensif (momen meningkat) dari tafar indera ini ke taraf intelektual, dan momen desensif (momen menurun), yakni kembali menyusun, menghubungkan diri dengan realitas konkret, kenyataan.
Dalam kaitan ini hendaknya diperhatikan bahwa ide/konsep kita tidak hanya berasal dari abstraksi langsung dari data pengalaman. Pembentukan ide/konsep juga dapat merupakan hasil dari refleksi, perbandingan, analisis, sintesis, atau keputusan dan pemikiran.
Kecuali itu, dalam pengetahuan intelektual tidaklah betul jika dikatakan bahwa hanya soal konsep sebab dalam pengetahuan intelektual, orang bicara tentang ada (realitas), tetapi yang ditangkapnya melalui ide/konsep.

HUKUM DAN LOGIKA



Pandangan yang cukup banyak penganutnya di kalangan yuris yaitu, bahwa terdapat suatu relasi yang istimewa antara hukum dan logika, bahwa sifat logis adalah suatu sifat khusus dari hukum, yang berarti bahwa dalam relasi-relasi timbal-balik itu, norma-norma dari hukum sesuai dengan asas-asas dari logika. Ini mengandaikan bahwa asas-asas itu, khususnya hukum non-kontradiksi dan aturan inferensi, adalah dapat diterapkan pada norma-norma pada umumnya dan norma—norma hukum pada khususnya.
Oleh para yuris hal ini dianggap sudah jelas dengan sendirinya. Suatu konflik antar norma, yakni suatu situasi dimana dua norma adalah sah/valid, yang satu memerintahkan serangkaian tingkah laku tertentu, dan yang lain serangkaian tingkah laku yang bertentangan dengan yang diperintahkan oleh yang disebut pertama tadi, dipandang sebagai suatu kontradiksi logikal. Sebagaimana halnya dua pernyataan yang saling berkontradiksi, seperti pernyataan bahwa Tuhan itu ada atau tidak ada, hanya satu yang dapat benar dan yang lain harus salah, maka berdasarkan asumsi ini hanya satu dari kedua norma-norma itu yang dapat sah, dan yang lainnya harus tidak sah.
Aplikasi asas-asas logikal, dan khususnya asas non-kontradiksi dan aturan inferensi terhadap norma-norma pada umumnya dan norma-norma hukum pada khususnya, adalah sama sekali tidak begitu jelas dengan sendirinya seperti yang dianggap para yuris. Sebab, kedua asas logikal menurut sifatnya hanya aplikabel, atau sekurang-kurangnya secara langsung aplikabel, terhadap pernyataan-pernyataan sejauh mereka adalah arti dari tindakan pikiran dan dapat benar atau salah. Ini bukan logika, tetapi pengetahuan faktual, yang menetapkan apakah suatu pernyataan itu benar atau salah. Kedua asas logikal dari non-kontradiksi dan inferensi hanya menetapkan di bawah kondisi-kondisi apa sebuah pernyataan dapat menjadi benar, dan di bawah kondisi-kondisi apa sebuah pernyataan yang demikian harus menjadi salah. Namun, norma-norma menetapkan suatu keharusan, dan karena ini adalah suatu korelat dari hal memaui mereka adalah arti dari tindakan-tindakan dari kemauan, dan sebagai demikian tidak benar dan tidak salah.
Kebenaran dan kesalahan adalah sifat-sifat dari sebuah pernyataan, sedangkan keabsahan adalah bukan sifat dari sebuah norma, melainkan adalah eksistensinya, eksistensinya yang spesifik ideal. Bahwa sebuah norma adalah sah, berarti bahwa ia ada. Bahwa sebuah norma adalah tidak sah, berarti ia tidak ada. Sebuah norma yang tidak sah adalah sebuah norma yang tidak eksis, dan dengan demikian ia adalah bukan norma. Akan tetapi, sebuah pernyataan yang salah adalah juga sebuah pernyataan, ia hadir sebagai sebuah pernyataan, sekalipun ia adalah sah. Sebuah norma bangkit di atas keabsahan, yakni memulai sebagai hal yang sah dalam waktu, dan lenyap dari keabsahan, yakni berakhir sebagai hal yang sah dalam waktu atau kehilangan keabsahannya. Sebuah pernyataan tidak memulai atau berakhir sebagai hal yang benar. Jika ia adalah benar, ia selalu telah dan akan selalu begitu,benar. Ia tidak dapat kehilangan kebenarannya. Bahkan, sebuah pernyataan bahwa bumi pada suatu waktu tertentu ada pada jarak tertentu dari matahari, adalah tidak kurang benarnya sebelum waktu itu dari pada sesudahnya.tidak ada keharusan yang menjadi norma tanpa suatu kemauan yang memunculkan norma-norma, yakni tidak ada norma tanpa otoritas yang menetapkan norma. Sebuah norma adalah sah hanya jika ia ditetapkan oleh suatu tindakan kemauan, jika ia adalah makna dari suatu tindakan kemauan, jika ia adalah makna dari suatu tindakan yang demikian. Di sinilah letak positivitasnya, dan hanya norma-norma positif, ditempatkan oleh tindakan-tindakan kemauan manusia, oleh legislasi atau kebiasaan atau traktat nasional, yang dipertimbangkan oleh suatu etika ilmiah atau suatu ilmu hukum.

FILSAFAT DAN PENGANTAR LOGIKA



Kekuatan yang mewarnai dunia yaitu filsafat dan agama, oleh sebab itulah filsafat bertentangan dengan agama. Selain itu ada juga orang yang mewarnai dunia, yaitu nabi dan ulama, dan filosof. Agama sebagai pengatur dunia merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Ada juga orang kuat, yang kadang-kadang berani mati karena meyakini sesuatu yang diperolehnya dari hasil pemikirannya, mereka adalah pemikir atau filosof. Agama dan filsafat adalah dua kekuatan yang mewarnai dunia. Jadi, jika hendak memahami dunia, ia harus memahami agama dan filsafat yang mewarnai dunia tersebut.

Ø  PENGERTIAN AGAMA
Agama memiliki banyak definisi, tapi dari sekian banyaknya definisi tersebut, dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama yaitu definisi agama yang menekankan segi rasa iman atau kepercayaan. Kedua yaitu menekankan segi agama sebagai peraturan tentang cara hidup. Dari kedua kelompok tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa agama adalah sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Atau juga agama merupakan perturan tentang cara hidup, lahir-batin.

Ø  PENGERTIAN FILSAFAT
Hatta dan Langeveld berpendapat bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan terlebih dahulu, karena apabila seseorang telah mempelajari filsafat tersebut, maka dia akan mengerti tentang filsafat menurut pengertiannya sendiri.
Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Yunani dan Arab. Kata Yunaninya adalah philosophia. Philosophia terdiri atas philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin; sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi dari arti tersebut, filsafat dapat dimaksud sebagai ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan. Filsafat juga dalam arti luas yaitu, keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.
Menurut Hasbullah Bakry filsafat merupakan sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang pengetahuan bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Menurut Plato, filsafat merupakan pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli. Menurut Aristoteles filsafat merupakan pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Al-Farabi filsafat merupakan pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Menurut Pythagoras filsafat dinilai sebagai the love for wisdom, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan(lover of wisdom). Menurut Immanuel Kant filsafat merupakan pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuna yang tercakup di dalamnya empat persoalan:
-Apa yang dapat diketahui? (Metafisika)
-Apa yang seharusnya diketahui? (Etika)
-Sampai dimana harapan kita? (Agama)
-Apa itu manusia? (Antropologi)
Menurut Bertrand Russel filsafat adalah sebagai the attemp to answer ultimate question critically. Menurut Mulder filsafat merupakan pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Menurut William James filsafat merupakan a collective name for question which have not been answered to the satisfaction of all that have asked them.
Perbedaan tentang pengertian filsafat tersebut karena perbedaan keyakinan hidup yang mereka anut. Kemudian karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Kesulitan membuat definisi filsafat juga berarti sulitnya memahami apa itu filsafat. Penyebabnya yaitu karena pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa, kemudian karena pengertian filsafat itu berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya, dan karena kata filsafat itu telah dipakai untuk menunjuk bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.

v Pengertian Filsafat Berkembang dari Masa ke Masa
Mula-mula filsafat diartikan sebagai the love of wisdom atau love for wisdom, yaitu sifat orang yang ingin atau cinta pada kebijakan dan kerja seseorang yang berusaha menjadi orang yang bijak.
Menurut Aristoteles pengertian fisafat sangat umum dan luas sekali, sehingga definisi tersebut tidak dapat dipahami oleh para pelajar zaman sekarang.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan jika pengertian filsafat mulai menyempit, yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual. Tugas filsafat pada saat ini menurut Russel, yaitu untuk menjawab pertanyaan yang tinggi, yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains.

v Pengertian Filsafat Sering Berbeda Antara Tokoh yang Satu dengan yang Lain
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat, oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri. Keyakinan hidup seorang tokoh filsafat dan keadaan ia beragama, akan selalu tersalurkan ke dalam kata-kata yang digunakannya untuk menjelaskan pengertian filsafat.

Ø  APA YANG MENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT
Pertama, dongeng dan takhayul dapat menimbulkan filsafat. Diantara orang-orang ada yang tidak percaya begitu saja. Ia kritis ingin mengetahui kebenaaran dongeng itu dan dari situ timbul filsafat. Kedua, keindahan alam besar, terutama ketika malam hari, menimbulkan keinginan pada orang-orang untuk mengetahui rahasia alam itu. Menurut Beerling, filsafat timbul karena ketakjuban menyaksikan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini, lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya. Pertanyaan yang dalam, yang bobotnya berat itulah yang akan menimbulkan filsafat bila jawabannya diberikan secara serius.
Pada zaman modern sekarang, penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian. Sangsi itu setingkat di bawah percaya dan setingkat di atas tidak percaya. Bila manusia menghadapi suatu pertanyaan, ia mungkin percaya dan ia mungkin tidak percaya. Sangsi menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan menyebabkan pikiran bekerja dan kemudian menimbulkan filsafat. Jadi, rasa ingin tahu itulah pada dasarnya penyebab timbulnya filsafat. Ingin tahu muncul dalam bentuk pertanyaan, dan pertanyaan menimbulkan filsafat.

Ø  MACAM-MACAM PENGETAHUAN MANUSIA
Pengetahuan adalah keadaan tahu dan semua yang diketahui.
Pertama yaitu pengetahuan sains. Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang logis dan didukung oleh bukti empiris/bukti nyata. Pengetahuan sains mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya dapat disebut paradigma positif dan metodenya disebut metode ilmiah. Objek yang dapat diteliti oleh pengetahuan sains hanyalah objek empiris, sebab ia harus menghasilkan bukti empiris.
Kedua yaitu pengetahuan filsafat. Kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan secara logis, tidak secara empiris. Paradigmanya logis dan metodenya pikiran.
Ketiga yaitu pengetahuan mistis. Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris dan tidak juga secara logis. Paradigmanya mistis dan metodenya metode latihan. Objeknya abstrak supralogis/metarasional dan ukuran kebenaran ditentukan oleh rasa, yakin, kadang-kadang empiris.

Ø  FAEDAH MEMPELAJARI FILSAFAT
Ada empat macam faedah mempelajari filsafat, yaitu; agar terlatih berpikir serius, agar mampu memahami filsafat, agar mungkin menjadi filosof, dan agar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Beelajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja mampu menemukan rumusan baru dalam penyelesaian masalah dunia.

Ø  CARA MEMPELAJARI FILSAFAT
Harus diketahui bahwa isi filsafat itu amatlah luas, oleh karena itu ada tiga macam metode mempelajari filsafat, yaitu; metode sistematis, metode historis, dan metode kritis.
Metode sistematis berarti pelajar menghadapi karya filsafat,misalnya mula-mula mempelajari teori pengetahuan,lalu teori hakikat, dan teori nilai. Dengan metode ini, perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode.
Metode historis digunakan bila para pelajar mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya, sejarah pemikiran. Dalam menggunakan metode historis, pelajar dapat pula menempuh cara lain, yaitu dengan cara membagi babakan sejarah filsafat. Misalnya, mula-mula mempelajari filsafat kuno, lalu filsafat abad pertengahan , lalu abad modern. Mempelajari filsafat dengan metode ini berarti mempelajari filsafat secara kronologis.
Metode kristis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Langkahnya yaitu memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya.

Ø  OBJEK PENELITIAN FILSAFAT
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut objek materia, yaitu segala yang ada dan mungkin ada tadinya.
Selain objek materia, ada lagi objekforma, yaitu sifat penyelidikan. Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam, artinya ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Berpikir tanpa dukungan data disebut berpikir spekulatif, inilah filsafat.
Ø  SISTEMATIKA FILSAFAT
Sistematika filsafat disebut juga struktur filsafat. Dalam garis besarnya, filsafat dibagi dalam tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan , teori hakikat, dan teori nilai, yaitu pemikiran filosof tentang nilai.
Teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori haikat membahas semua objek, hasilnya adalah pengetahuan filsafat. Dan teori nilai atau disebut aksiologi, membicarakan guna pengetahuan tadi.
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut epitemologi. Teori hakikat membicarakan pengatahuan itu sendiri, disebut ontologi.
Dan teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.

Ø  EPISTEMOLOGI
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaiman cara memperoleh pengetahuan. Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854. Pengetahuan diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang hal ini.

v Empirisme
Berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari empeiria, yaitu pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. John Locke, bapak aliran ini mengemukakan teori tabula rusa, yaitu bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, dan ia pun memiliki pengetahuan.sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Kelemahan aliran ini pertama yaitu, indera terbatas. Benda yang jauh terlihat kecil, padahal benda tersebut tidak kecil. Kedua yaitu, indera menipu. Orang yang sakit malaria, gula rasanya akan pahit, padahal tidak. Ketiga yaitu objek yang menipu, seperti ilusi dan fatamorgana. Keempat yaitu berasal dari indera dan objek sekaligus. Seperti, indera tidak bisa melihat binatang secara keseluruhan dan binatang tersebut tidak bisa memperlihatkan tubuhnya secara keseluruhan.
v Rasionalisme
Menurut aliran ini, akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Rene Descartes ialah Bapak aliran ini.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak. Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari objek. Manusia mampu menangkap keseluruhan objek hanyalah dengan intuisi. Kerja sama empirisisme dan rasionalisme ini melahirkan metode sains.
v Positivisme
Tokohnya yaitu August Comte. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperiman. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. Jadi posotivisme hanya menyempurnakan emperisisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
v Intuisionisme
Tokohnya yaitu Henri Bergson, berpendapat bahwa indera dan akal juga terbatas, objek-objek yang ditangkap adalah objek-objek yang selalu berubah. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari objek, kemudian bagian-bagina itu digabungkan oleh akal. Itu tidak sama dengan pengetahuan menyeluruh tentang objek itu.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Kemampuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran dan dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap.
Dari sini dapat diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga cara, yaitu cara sains, cara filsafat, dan cara latihan rasa/intuisi. Secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar.

Ø  ONTOLOGI
Dinamakan teori hakikat/ontologi karena objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Nama lain teori hakikat adalah teori tentang keadaan. Hakikat adalah realitas, yaitu kenyataan sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan menipu, bukan keadaan yang merubah.
Dalam membicarakan realitas benda-benda, muncul 5 aliran, yaitu materialisme, idealisme, dualisme, skeptisisme, dan agnostisisme.
Menurut materialisme, hakikat benda adalah materi, benda itu sendiri. Bagi mereka, roh, jiwa, itu malahan tidak diakui adanya, tentu saja termasuk Tuhan.
Bagi aliran idealisme, hakikat benda adalah rohani dan sebagainya. Alasannya adalah nilai roh lebih tinggi daripada badan, manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya, dan materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
Aliran dualisme, merupakan hakikat pada benda itu ada dua, material-imaterial, benda-roh, jasad dan spirit.
Dari sini penganut skeptisisme berpendapat; diragukan apakah manusia mampu mengetahui hakikat benda, mungkin dapat, mungkin tidak.
Dan aliran agnotisisme menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda.
Kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar(kosmos). Teori kosmologi bukanlah teori astronomi. Astronomi adalah sains dan kosmologi adalah filsafat. Tetapi antropologi ada yang sains dan ada yang filsafat.
Theodicea/theologia membicarakan Tuhan dari segi pikiran(awal); untuk membedakannya dari pembicaraan Tuhan dari segi wahyu atau iman, yang pertama itu sering disebut naturalis(membicarakan Tuhan dari segi akal).
Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan ada.
Monoteisme adalah yang mengajarkan bahwa Tuhan itu esa.
Triniteisme adalah bahwa Tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga.
Politeisme mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak dan mempunyai tugas dan wewenang sendiri.
Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak; Tuhan itu adalah alam ini. Spinoza mengatakan alam yang menjadikan dan alam ayng dijadikan.
Panenteisme mengajarkan bahwa Tuhan adalah kesadaran jagat raya, tidak menyatukan Tuhan dengan alam seperti panteisme.
Ateisme mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada. Orang yang mengatakan Tuhan tidak ada karena ketidaktahuan, tidak termasuk ateis. Ateisme adalah anak dari materialisme.
Agnostisisme adalah paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan ateisme. Mereka itu bertuhan tidak dan tidak betuhan juga tidak. Mereka menganggap bahwa manusia tidak mampu mengetahui hakikat Tuhan.
Filsafat agama membicarakan hal-hal umum yang terdapat di dalam semua agama.

v Logika
Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika, yaitu logika formal dan logika material. Logika formal adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk(form) berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya adalah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya harus benar.
Suatu kesimpulan dikatakan benar apabila isi kesimpulan itu sesuai dengan objeknya, sesuai dengan keadaan sebenarnya. Logika formal atau logika saja membicarakan masalah pengertian, putusan, dan penuturan.
Membentuk pengertian adalah dengan jalan abstraksi; ini suatu istilah yang sering sekali dianggap sulit. Membentuk pengertian adalah dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita tentaang objek itu dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Bila suatu objek kita buang ciri aksidensinya, maka yang tertinggal adalah ciri esensinya, dan itulah pengertian objek.
Ciri esensi adalah ciri yang menunjukkan bahwa ia adalah ia, ciri yang menunjukkan ke-ada-annya. Ciri esensi adalah ciri yang tidak boleh tidak ada pada objek itu, bila salah satu ciri esensinya hilang maka objek itu bukan objek itu lagi.
Ciri aksidensi adalah ciri pelengkap, sifat yang melekat pada esensi objek. Suatu objek yang hanya disebut ciri esensinya, ia abstrak untuk menjadikannya kongkret harus ditambahkan ciri aksidensinya.
Cara membentuk pengertian adalah dengan mengenali ciri esensi objek dan membuang ciri aksiddensinya. Menurut Gazalba, macam-macam ciri aksidensi:
-         Sifat, Jumlah, Hubungan, Aksi, Pasivitas, Isi, Waktu, Situasi, dan Tempat.
Selanjutnya tugas logika adalah membentuk pengertian itu menjadi definisi dan memindahkannya ke dalam kalimat, menuliskannya atau mengucapkannya. Rumusan definisi itu harus benar-benar mewakili pengertian objek yang ada di dalam jiwa kita. Definisi adalah penyebutan seluruh ciri esensi suatu objek dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Ada empat syarat definisi yang benar:
-         Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang.
-         Tidak memakai kata yang berulang-ulang.
-         Tidak perkataan yang terlalu umum.
-         Tidak memakai kata negatif.
Kegiatan memutuskan harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:
-         Menguasai struktur kalimat.
-         Menyadari mana esensi dan mana aksidensi.
-         Mengetahui mana esensi dan man aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang lebih khusus.
-         Memahami pola putusan.
Dilihat dari segi jumlah ada dan dilihat dari segi hubungan subjek-predikat.

Putusan adalah pengetahuan yang dibentuk dari pengertian-pengertian yang dihubungkan. Penuturan adalah putusan baru yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. Membuat putusan baru tersebut disebut menuturkan. Di dalam penuturan digunakan dua metode; deduksi dan induksi.
            Metode deduksi, bila penuturan dilakukan dari putusan umum membentuk putusan khusus. Metode induksi, bila penuturan yang dimulai dari yang khusus ke yang umum. Salah satu bentuk induksi yang terkenal dalam logika adalah silogisme. Bila putusan ditarik dari dua putusan yang tersedia, penuturan itu disebut silogisme, bila ditarik dari satu putusan, itu disebut penuturan langsung, bila ditarik lebih dari dua putusan, penuturan ini disebut induksi. Silogisme adalah cara menuturkan dengan menggunakan dua putusan.
Prinsip(ia,ium) adalah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Aristoteles mengemukakan tiga pola yang dianggap principium; principium identitatis, principium contradictoris, principium exclusi tertii.
Principium identitatis(prinsip persamaam) mengajarkan bahwa sesuatu hanya sama dengan sesuatu itu saja. Principium contradictoris(prinsip pertentangan), hanya menegaskan prinsip pertama. Principium exclusi tertii(prinsip menolak kemingkinan ketiga), mengajarkan bahwa bila dua putusan bertentangan, hanya mungkin kedua-duanya salah atau satu yang benaar, tidak mungkin ada kebenaran ketiga.
Logika mengajarkan kejujuran, konsistensi, dalam hidup, logika bukan saja berisi aturan berpikir benar. Logika tidak menyelesaikan seluruh persoalan, maka diperlukanlah metode dialektika. Dialektika sejajar dengan logika, bukan bagian dari logikan. Dialektika tidak menyangkal keunggulan logika. Dialektika diperlukan karena banyak masalah yang dihadapi manusia yang tidak dapat diselesaikan oleh logika. Tidak sama dengan logika, dialektika menggunakan tesis-antitesis-sistesis boleh dalam jumlah yang tidak terbatas.
v Etika
Beberapa teori tentang niali baik-buruk(etika):
Dalam Islam nilai(etika) dibagi menjadi lima bagian, yaitu baik sekali, baik, netral, buruk, dan buruk sekali. Teori baik-buruk dari hedonisme mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila mengandung hedone(kenikmatan) bagi manusia. Bagi vitalisme, baik-buruk ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai. Utilitarianisme menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna. Utilitarianisme terbagi dua, yaitu utilitarianisme pribadi dan sosial. Menurut Bentham etika harus memperhitungkan jumlah kenikmatan dikurangi jumlah penderitaan tentang hasil perbuatan. Pada pragmatisme, prinsip yang diajarkan adalah yang baik yang berguan secara praktis dalam kehidupan. Tokoh utamanya adalah Charles P. Peirce, William James, dll.

v Estetika
Teori lama tentang keindahan bersifat metafisis, teori mmodern bersifat psikologis. Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sungguh-sungguh, suatu hakikat yang abadi, tidak berubah. Bagi Plotinus, keindahan adalah pancaran akal Ilahi, bila Ilahi memancarkan diri-Nya atau memancarkan sinar-Nya, maka itulah keindahan. Dalam Islam disebut bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan. Kant berpendapat bahwa indah itu sifat objek. Aljisr berpendapat bahwa nilai berada pada objek. Oleh karena itu, anak dan orang dewasa, orang pintar dan bodoh, dapat mempunyai nilai yang sama terhadap indahnya bunga, indahnya kicau burung, dan sebagainya. Unsur yang membangun keindahan yaitu ketelitian, kelurusan, keseimbangan, keserasian, dan koordinasi.

Ø  AKSIOLOGI
Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Filsafat sebagai philosophy of life gunanya adalah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan, lebih singkat lagi, untuk dijadikan agama. Filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Masalah artinya kesulitan. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah mulai dari cara yang sederhana sampai dengan cara yang amat rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana, biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang rumit itulah biasanya yang dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya.