Fase-fase
perkembangan ilmu antropologi terbagi menjadi empat fase.
Fase Pertama
yaitu sekitar abad ke-15. Kedatangan bangsa Eropa ke Afrika, Asia dan Amerika
ternyata membawa pengaruh bagi suku bangsa di ketiga benua tersebut. Saat itu
pula muncul tulisan-tulisan tangan dari bangsa Eropa dalam bentuk kisah
perjalanan, laporan dan sebagainya yang berupa deskripsi tentang adat-istiadat
dan ciri-ciri masyarakat dari suku-suku di ketiga benua tadi. Tetapi deskripsi
tersebut banyak yang tidak jelas/kabur, tidak teliti dan sebagainya, meskipun
ada yang baik dan teliti. Dalam pandangan terpelajar Eropa, ada 3 sikap
bertentangan terhadap suku-bangsa tersebut.
1.
Ada yang berpandangan bahwa mereka bukan manusia, tetapi manusia liar keturunan
iblis dan sebagainya. Maka timbullah istilah-istilah seperti savages,
primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa lain.
2.
Mereka adalah masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan
keburukan seperti di Eropa.
3.
Dan ada yang tertarik akan adat-istiadat aneh dari kebudayaan suku-bangsa
tersebut dan mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa
tersebut.
Fase Kedua
yaitu sekitar pertengahan abad ke-19. Kebudayaan manusia berevolusi sangat
lambat selama beribu-ribu tahun, kebudayaan tertinggi dalam masyarakat hidup di
Eropa, sedangkan yang rendah di luar Eropa. Timbulnya karangan pada 1860, yang
mengklasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan di seluruh dunia ke dalam
tingkat-tingkat evolusi tertentu, maka muncul ilmu antropologi. Dalam fase ini,
antropologi berupa ilmu yang akademikal dengan tujuan mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitif dengan maksud mendapatkan suatu pengertian tentang
tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
Fase Ketiga
pada awal abad ke-20. Sebagian negara penjajah di Eropa berhasil mencapai
kemantapan kekuasaannya di luar Eropa. Berkaitan dengan itu, mempelajari bangsa
di luar Eropa penting karena bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat
yang belum kompleks. Ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dengan
tujuan mempelajari masyarakat di luar Eropa guna kepentingan kolonial serta
untuk mendapat pengertian tentang masyarakat kompleks masa kini.
Fase Keempat sesudah tahun 1930an. Dalam
fase ini antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas. Warisan dari
fase-fase sebelumnya berupa bahan etnografi dan metode ilmiah, tidak dibuang
begitu saja, tetapi dipakai sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru.
Antropologi pada fase ini memiliki tujuan akademikal, yaitu mencapai pengertian
tentang manusia pada umumnya dengan mempelajari keragamannya. Dan tujuan praktisnya,
yaitu mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun
masyarakat.
0 comments:
Post a Comment