Manusia
memiliki dua macam kemampuan kognitif( kemampuan mengerti) yang kurang lebih
teramati/tidak gaib dan dapat dirumuskan, yakni indera dan intelek. Indera
dapat dibagi menjadi indera ekstern(kelima indera) dan indera intern(ingatan,
imajinasi, dan sebagainya). Intelek adalah kemampuan inorganis, yakni kemampuan
yang tidak bergantung pada suatu organ badani. Indera terdiri atas bermacam
jenisnya, sedangkan intelek hanya satu, tetapi kemampuan intelek mempunyai
berbagai fungsi, seperti menangkap, mengabstraksikan, menyimpulkan, dan
sebagainya.
Antara
pengetahuan inderani dan intelektual terdapat perbedaan hakikat. Pengetahuan
inderani menangkap kenyataan secara materialiter, berdasarkan aspek konkret dan
materialnya, sedangkan intelek menjangkau kenyataan secara formal. Dalam bentuk
pengetahuan inderani yang kita miliki adalah gambaran-gambaran inderani,
sifatnya jasmani. Sedangkan dalam bentuk intelektual, kita menggunakan
konsep/ide yang umum dan abstrak.
Bagi
manusia, satu-satunya pintu gerbang menuju realitas bendawi adalah inderanya.
Tidak ada satu hal pun yang bersifat bendawi dapat masuk ke dalam intelek
selain terlebih dahulu melewati panca indera.
Kemampuan
mengabstraksi itu dapat menggarap, menerangi ‘kesan’ tadi, dan melepaskannya
dari semua seginya yang material, tetapi tetap mempertahankan hal-hal yang
hakiki, dan niscaya yang kini ‘diangkat’ dari unsur ruang dan waktu. Jadi
disini berlangsung proses abstraksi atau proses immaterialisasi. Pengetahuan
abstrak ini, menurut asal dan isinya, tetap bergantung pada indera, dan
berhubungan dengan realitas.
Sekarang
kesan tersebut, sesudah diangkat dari materi, menjadi cakap dan secara aktual
sanggup diketahui, memasuki level of intelligibility. Berkat aktivitas ini,
yang dalam istilah teknis disebut aprehensi sederhana psikologis muncullah
species intelligibilis impressa. Species intelligibilis impressa tersebut,
berkat aktivitas intellectus agens, kini bertindak sebagai pembantu kemampuan
tahu intelektual manusia, yakni intellectus possibilis. Sedangkan proses
menyadari species intelligibilis impressa ini disebut aprehensi sederhana
logis. Maka muncullah konsep atau ide. Yang membuat kita tahu atau menangkap
sesuatu disebut konsep mental, sedangkan apa yang kita tangkap tentang objek
yang disodorkan, konsep mental kepada
akal budi, disebut konsep objektif.
Secara
umum, proses pengetahuan mengenal dua momen, yaitu momen asensif (momen
meningkat) dari tafar indera ini ke taraf intelektual, dan momen desensif
(momen menurun), yakni kembali menyusun, menghubungkan diri dengan realitas
konkret, kenyataan.
Dalam
kaitan ini hendaknya diperhatikan bahwa ide/konsep kita tidak hanya berasal
dari abstraksi langsung dari data pengalaman. Pembentukan ide/konsep juga dapat
merupakan hasil dari refleksi, perbandingan, analisis, sintesis, atau keputusan
dan pemikiran.
Kecuali
itu, dalam pengetahuan intelektual tidaklah betul jika dikatakan bahwa hanya
soal konsep sebab dalam pengetahuan intelektual, orang bicara tentang ada
(realitas), tetapi yang ditangkapnya melalui ide/konsep.
0 comments:
Post a Comment