Deduksi
(Latin : deducere, de yaitu dari, dan ducere yaitu menghantar, memimpin). Jadi, deduksi berarti
menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu hal yang lain. Deduksi merupakan suatu
proses berpikir/penalaran yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada,
menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari
pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang
bersifat umum maupun proposisi-proposisi yang bersifat khusus. Dalam proses
penalaran semua bahan pengetahuan tadi diseleksi dalam gerak usaha kita untuk
mempertalikan suatu proposisi yang bersifat umum untuk menurrunkan suatu
proposisi baru. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai
suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan
proposisi yang umum tadi. Dalam penalaran yang bersifat deduktif, penulis tidak
perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu yaitu suatu proposisi umum dan suatu
proposisi yang bersifat megidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian
dengan proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan
jika proposisinya itu juga benar, maka
dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.
Konklusi
dalam sebuah deduksi dapat dipastikan sebagai konklusi yang benar jika
proposisinya itu mengandung kebenaran. Uraian mengenai proses berpikir yang
deduktif akan dilangsungkan melalui beberapa corak berpikir deduktif, yaitu :
silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme
alternatif, entinem, rantai deduksi, dan teknik pengujian kebenaran atas tiap
corak penalaran deduktif itu.
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme
adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menhubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang
merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yang pertama disebut juga
premis. Batasan silogisme diatas berlaku baik untuk silogisme kategorial.
Secara khusus silogisme
kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argument deduktif yang mengandung suatu
rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi kategorial, yang disusun sedemikian
rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Tiap-tiap term hanya boleh muncul dua pernyataan.
Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotesis atau silogisme
pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesa.
Silogisme hipotesis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
Silogisme Disjungtif
Jenis silogisme yang ketiga
adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme
ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau
menolak salah satu alternatifnya.
Entinem
Silogisme sebagai suatu cara
untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artificial. Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah
satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada
dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini
dinamakan entinem. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan dan
bukan bentuk yang formal seperti silogisme.
0 comments:
Post a Comment